Menjaga Kualitas Sampel Laboratorium itu sebenarnya bukan sekadar rutinitas teknis. Ada banyak detail kecil yang kalau di abaikan sedikit saja, hasil analisis bisa langsung melenceng. Dan biasanya, masalah baru terasa ketika data sudah muncul dan tidak sesuai ekspektasi. Karena itu, memastikan kualitas sampel sejak awal adalah langkah paling penting yang sering kali di remehkan.
Di bawah ini, saya bahas secara runtut dan subjektif mengenai bagaimana cara menjaga kualitas sampel agar tetap akurat. Mulai dari tahap persiapan, pengambilan, penyimpanan, hingga proses analisis, semuanya punya peran penting untuk hasil akhir yang dapat di percaya.
1. Pentingnya Kualitas Sampel Laboratorium
Kalau kita bicara soal hasil pemeriksaan laboratorium, kualitas sampel adalah fondasinya. Tidak peduli alatnya secanggih apa, metode analisis serumit apa, atau tenaga analis seteliti apa—kalau sampelnya bermasalah, hasilnya pasti ikut bermasalah.
Lebih parah lagi, sampel yang tidak terjaga dapat memberikan gambaran diagnosis yang salah, bahkan menyesatkan proses penelitian. Karena itu, menjaga Kualitas Sampel Laboratorium bukan sekadar SOP, tapi sebuah komitmen untuk memastikan data tetap valid.
2. Persiapan Alat dan Bahan yang Tepat
Sebelum mengambil sampel, hal pertama yang harus di lakukan adalah memastikan semua alat benar-benar siap.
a. Memastikan alat steril dan sesuai standar
Peralatan yang di gunakan harus dalam kondisi steril, tidak expired, dan di simpan dengan benar. Hal sederhana seperti jarum yang sudah sedikit terkontaminasi atau tabung sampel yang tidak di segel dengan baik dapat langsung merusak integritas sampel.
b. Pemilihan wadah sampel
Setiap jenis sampel punya karakteristik yang berbeda. Darah, urin, sputum, swab, jaringan—semuanya perlu wadah yang tepat. Warna tutup tabung darah saja punya fungsi masing-masing, jadi tidak bisa asal pilih.
c. Pelabelan yang tidak boleh asal
Pelabelan adalah hal kecil yang sering di sepelekan, padahal efeknya bisa fatal. Label harus jelas, terbaca, dan di tempelkan dengan benar agar tidak terlepas saat pendinginan atau transportasi.
3. Teknik Pengambilan Sampel yang Benar
Tahap pengambilan sampel adalah momen paling krusial. Kalau bagian ini tidak di lakukan dengan metode yang tepat, risiko kontaminasi meningkat drastis.
a. Mengikuti teknik aseptik
Teknik aseptik bukan hanya sekadar memakai sarung tangan. Ini mencakup seluruh proses menjaga area kerja, alat, dan tubuh analis tetap bersih. Sentuhan kecil pada area yang tidak steril bisa langsung mencemari sampel.
b. Mengambil jumlah sampel yang cukup
Beberapa pemeriksaan membutuhkan volume tertentu. Kalau sampelnya kurang, hasil akan tidak stabil. Tapi kalau terlalu banyak, justru bisa memengaruhi komposisi sampel. Harus pas.
c. Meminimalkan waktu kontak sampel dengan udara
Terutama untuk sampel yang sensitif terhadap oksigen atau suhu. Waktu yang terlalu lama terpapar udara bisa mengubah komponen internal sampel.
Baca Juga: 10 Tips Mengatasi Masalah Pencernaan Secara Alami
4. Penanganan Sampel Setelah Pengambilan
Setelah sampel di ambil, proses tidak berhenti begitu saja. Justru, bagian ini sama pentingnya.
a. Menggunakan transportasi yang sesuai
Misalnya, sampel darah harus segera di balik perlahan beberapa kali agar tidak membeku atau menggumpal. Sampel jaringan perlu di masukkan ke dalam formalin dengan konsentrasi tertentu.
b. Menjaga suhu penyimpanan
Setiap sampel punya “suhu ideal”. Contohnya:
-
Serum: 2–8°C
-
Plasma: bisa di bekukan pada –20°C
-
Mikroorganisme tertentu harus di simpan di media transport khusus
Kesalahan suhu bisa langsung mengubah hasil analisis.
c. Mencatat waktu pengambilan dan penyimpanan
Beberapa sampel punya masa stabilitas yang sangat pendek. Catatan waktu sangat membantu untuk menentukan apakah sampel masih layak di analisis atau harus di ambil ulang.
5. Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Kualitas Sampel
Di laboratorium, tak semua masalah berasal dari teknik pengambilannya. Banyak faktor eksternal yang juga ikut berperan.
a. Stres pasien sebelum pengambilan sampel
Misalnya, kecemasan dapat meningkatkan kadar adrenalin sehingga memengaruhi hasil pemeriksaan hormon.
b. Obat-obatan yang dikonsumsi
Banyak obat dapat mengubah komposisi darah atau urin. Karena itu, informasi kondisi pasien jadi bagian penting.
c. Lingkungan laboratorium
Lingkungan kerja yang terlalu lembap, terlalu panas, atau tidak memiliki ventilasi cukup dapat memengaruhi reagen maupun sampel.
6. Proses Analisis dan Validasi
Saat sampel akhirnya tiba di meja laboratorium, analis harus memastikan semua prosedur berjalan sesuai metode standar.
a. Menjalankan kontrol kualitas (QC)
QC wajib di lakukan secara berkala. Baik alat maupun reagen harus melalui proses pengujian untuk memastikan akurasinya. Kalau QC gagal, pemeriksaan sampel tidak boleh di lanjutkan.
b. Menggunakan metode analisis yang tepat
Beberapa sampel membutuhkan metode kimia tertentu, beberapa perlu pemeriksaan mikroskopis, dan sebagian lain memerlukan teknik molekuler seperti PCR. Semuanya harus sesuai dengan pedoman laboratorium.
c. Melakukan verifikasi hasil
Hasil yang terlalu ekstrem atau tidak masuk akal harus diverifikasi ulang. Bisa jadi alatnya bermasalah, atau sampelnya mengalami degradasi.
7. Penyimpanan Pasca-Analisis
Setelah sampel dianalisis, sebagian jenis sampel masih perlu disimpan untuk keperluan tertentu.
a. Lama penyimpanan
Setiap laboratorium biasanya punya SOP terkait berapa lama sampel disimpan. Ada yang 24 jam, seminggu, bahkan beberapa bulan.
b. Kondisi freezer dan inkubator
Kualitas alat penyimpanan memengaruhi stabilitas sampel. Freezer yang suhunya tidak stabil bisa mempercepat degradasi.
8. Membangun Kebiasaan Kerja yang Konsisten
Tidak peduli prosesnya sehebat apa, tanpa kebiasaan kerja yang konsisten, kualitas sampel akan tetap sulit dijaga.
a. Melakukan pelatihan rutin
Peningkatan kompetensi staf sangat penting. Bahkan hal yang terlihat sederhana seperti teknik venipunktur bisa berubah sesuai pedoman terbaru.
b. Dokumentasi yang rapi
Ini penting untuk melacak sumber kesalahan. Misalnya, kalau hasil tiba-tiba berubah drastis, dokumentasi dapat membantu menemukan apakah masalahnya ada pada alat, sampel, atau proses pengambilan.
c. Membangun kesadaran terhadap detail
Kesadaran ini membantu mencegah kesalahan kecil. Dan terkadang, tanpa disadari, sebuah detail yang tampak remeh seperti posisi tabung saat dibawa bisa memengaruhi hasil.
Di bagian ini terkadang analis perlu fokus setinggi mungkin—ya hampir mirip seperti ketika seseorang harus memastikan dia benar-benar masuk ke halaman login woy99 sebelum melanjutkan aktivitas online-nya—karena sedikit saja salah klik atau salah prosedur, hasilnya bisa kacau total.
9. Evaluasi dan Peningkatan Secara Berkala
Laboratorium yang baik selalu melakukan evaluasi rutin. Tidak harus menunggu ada masalah, tapi melakukan peninjauan berkala agar kualitas tetap konsisten.
a. Audit internal
Audit dapat menemukan kelemahan dalam prosedur, dokumentasi, atau cara kerja staf.
b. Pemeliharaan alat secara berkala
Kalibrasi dan servis rutin memastikan semua alat tetap bekerja optimal.
c. Adaptasi standar terbaru
Standar laboratorium selalu berkembang. Mengikuti perkembangan ini membantu meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.
